KOMPETENSI LULUSAN SEMINARI MENENGAH

 

Seminaris Kelas Topang sedang mengerjakan soal-soal UAS Semester Ganjil (Desember 2021)


Santo Yohanes

(Seminaris Kelas Topang 2021/2022)


Setelah menjalani pembinaan di Seminari Menengah dan dinyatakan lulus, seminaris diharapkan sudah mempunyai potensi dan kemampuan dalam berbagai dimensi yang sudah dijalani di tempat pembinaan. Dimensi-dimensi tersebut antara lain mencangkup dimensi kemanusiaan, dimensi rohani dan dimensi intelektual. Selama proses pembinaan di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop, secara khusus Tahun Orientasi Panggilan (TOPANG), para seminaris dibina dengan berbagai kegiatan baik yang menyangkut fisik, intelektual, spritual dan bakat atau kemampuan yang dimiliki.

Melalui proses ini seminaris dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya guna menunjang kemantapan dan kecakapan iman, mental, intelektual, dan spritual untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang selanjutnya. Tahun Orientasi Panggilan di Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop menjadi bekal dalam formatio yang akan ditempuh kemudian, maka proses pembinaan pun sesuai dengan standar yang ingin dicapai guna menciptakan imam-imam yang berkualitas.

Dimensi pertama yang diiharapkan sudah dimiliki oleh seminaris setelah lulus dari Seminari Menengah adalah dimensi kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan ini menyangkut kematangan bagi seminaris dalam dirinya terkait dengan hal mampu mengenal dan menerima dirinya serta bersyukur dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Dalam hal ini seminaris dituntut untuk lebih dewasa dalam menerima segala potensi dan kelemahan dalam dirinya dan terus berkembang menjadi pribadi yang bersyukur sebagai ciptaan Tuhan.

Melalui kelebihannya seminaris dapat menggembangkan potensi dimana ia dapat unggul dalam keterampilanya dan dengan sungguh-sungguh berusaha dalam menjalani tugas dan kewajibannya sebagai calon imam. Melalui kekurangan yamg dimilikinya, seminaris diharapkan mampu berkembang dengan keterbatasan yang ia miliki dengan berusaha keras dan berjuang tanpa henti dalam bidang yang bisa dikuasainuya. Dimensi ini lebih mengutamakan pada hal kematangan pikiran dan spritualitas seminaris dalam menerima dan menggembangkan bakat, minat, dan potensi termasuk kekurangan dalam dirinya. Selain itu, untuk mencapai kematangan pribadi para seminaris yang lebih integral dapat dilakukan dengan cara berkonsultasi dan menerima bimbingan rohani serta arahan dari pihak formator atau pembina. Dengan motivasi yang diberikan oleh staf pembina dan pengajar, seminaris lebih mampu menerima dan mencapai kemtangan pribadinya guna memantapkan dan menkokohkan panggilan calon imam yang mempunyai jiwa kemanusiaan yang menerima, beryukur, aktif, dan bertanggung jawab serta berdedikasi yang tinggi.

Dimensi kedua yaitu dimensi rohani. Selama proses pembinaan di Seminari, semianris dikembangkan spritualitas rohaninya lewat Misa kudus, ibadat, devosi setiap harinya guna meningkatkan iman mereka. Kegiatan doa ini hendaknya tidak dipandang sebagai suatu jadwal yang harus dilaksanakan bagi seminaris seolah-olah formalitas saja, melainkan merupakan suatu kesadaran kewajiban sebagai manusia Katolik yang menyadari, menerima, dan menghayati rahmat Allah dalam hidup panggilannya. Kesadaran untuk selalu dan tekun berdoa perlu dibangun dalam menata hubungan pribadi seminaris dengan Allah, seminaris harus mampu memaknai doa sebagai suatu sarana dalam mengarungi panggilannya yang bersumber pada Yesus Kristus. Selain itu, para seminaris juga dibekali dengan bimbingan rohani oleh staf seminari selama pembinaaan tujuannya supaya semakin mengenal dan terbuka kepada panggilan Allah untuk meneruskan panggilan menjadi imam. Seminaris juga dapat menumbuhkan benih-benih panggilannya menjadi subur dengan membaca Kitab Suci dan buku-buku rohani lainnya sehingga iman dan panggilannya semakin kuat dan tidak mudah menyerah pada suatu kondisi tertentu.

Hidup rohani menjadi sangat penting bagi seminaris dalam memaknai maksud dan tujuannya sebagai calon imam, lewat hidup rohani yang baik hubungan dengan Allah semakin tajam dan takkan pernah putus. Prosedur pembinaan calon imam tingkat Tahun Orientasi Panggilan menitikberatkan pada beberapa aspek kehidupan diantaranya yaitu:

1.      Sanctitas yang artinya kekudusan. Inilah sarana bagi seminaris sekaligus tujuan hidupnya dalam mencapai kesucian hidup dengan cara berdoa dan melakukan kehendak dan perbuatan baik seturut teladan Yesus Kristus.

2.      Sanitas yang artinya kesehatan. Calon imam bisa melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi bila ia mempunyai kesehatan yang baik dengan menjaga pola hidup dan makan-makanan yang bergizi dan olahraga secara teratur.

3.      Scientia yang artinya pengetahuan. Terkait dengan intelektual. Pada aspek ini seminaris harus mampu menguasai seperangkat ilmu pengetahuan yang akan menunjangnya untuk berproses ke tahap selanjutnya.

Dimensi ketiga yaitu dimensi intelektual. Sebagai seorang calan imam yang kelak akan mengajar, menguduskan, dan menggembalakan umat Allah, perlu sekali menguasai berbagai ilmu agar bisa dan mampu berjuang disegala formatio yang ada. Aspek intelektual juga menunjang seminaris untuk bisa berkompetensi/bersaing di tahap pembinaaan/pendidikan selanjutnya. Pendidikan khas Seminari menengah khusus Kelas Persiapan Atas/TOPANG dibekali dengan mata kuliah yang khusus dan diharapkan mampu membawa dan menunjang pengetahuan mereka.

Seminaris belajar tentang Kitab Suci, bahasa-bahasa dan mata kuliah lainnya yang telah menjadi program seminari dalam meningkatkan mutu dan kualitas intelektual insani. Seminaris diharapkan belajar dengan tekun dan gigih demi menunjang dan menpersiapakan diri untuk menempuh level selanjutnya, dan diharapkan juga untuk jujur dan berusaha dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar dan hidup bersama/komunitas. Di sini dituntun bagi seminaris untuk menjadi dewasa dalam berpikir, maksudnya adalah bagaimana ia mampu untuk mengungkapkan pemikiran secara baik dan teratur sebagai modal untuk berkomunikasi dengan umat dan orang lain, sehingga seminaris yang telah lulus Kelas Persiapan Atas/TOPANG dapat siap dalam menempuh pendididkan dengan baik dan selesai ditingkat  selanjutnya dengan tepat waktu.

“Berakit-rakit kehulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”,”Berani mencoba dan terus bangkit”

***

Komentar

Posting Komentar

Terpopuler