OMK DAN GEMBALA YANG DIRINDUKAN (Sebuah Opini tentang Peran Kaum Muda di tengah Krisis Panggilan)
Seminaris Kelas Topang di puncak Gunung Poteng 770 MDPL (6/1/2022) |
Yoga Dwi Kaswara
(Seminaris Kelas Topang 2021/2022)
Pertumbuhan umat Katolik di
Keuskupan Agung Pontianak yang sangat pesat tanpa diiringi pertambahan jumlah
imam membuat banyak umat Katolik di Stasi atau di Kampung-kampung kurang
mendapat perhatian dan pelayanan. Hal ini terjadi sebagai akibat dari tidak sesuainya
jumlah antara umat dan tenaga imam yang ada. Keadaan seperti ini juga akan
berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas umat. Jarang mendapat kunjungan
bisa membuat umat lemah dan akhirnya memilih meninggalkan imannya, bisa saja
umat yang seperti ini pindah ke “kandang domba lain”.
Begitu juga dalam hal kualitas,
umat yang jarang dikunjungi imam serta tidak mendapat pendidikan mengenai iman
Katolik yang memadai, sudah jelas akan memengaruhi kualitas umat tersebut.
Dalam kasus seperti ini, tampak dengan jelas begitu hebatnya pengaruh dari
jumlah umat yang banyak sementara itu imamnya sedikit.
Umat Katolik di Keuskupan Agung
Pontianak sangat membutuhkan banyak tenaga gembala. Kemanakah orang muda
Katolik yang katanya adalah harapan Gereja? Mengapa mereka seolah-olah tutup
telinga terhadap Suara-Nya? Tidak mendengarkah mereka terhadap jeritan
domba-domba-Nya yang merindukan sosok gembala. Imam yang ada saat ini mungkin
hanya bisa berkarya aktif 10-15 tahun lagi. Semakin hari semakin lanjut usianya
dan sebagian besar imam itu kekuatan fisiknya akan berkurang. Dengan demikian,
Beranikah Saudara sebagai kaum muda harapan Gereja mencoba menanggapi
panggilan-Nya?
A. Panggilan
Menurut Rm. Th. S. Sarjumunarsa,
SJ dalam bukunya yang berjudul Logika Komunikasi, panggilan adalah daya tarik
yang luar biasa kuat dan menyenagkan untuk menentukan pilihan terbaik bagi arah
hidup. Dalam konteks calon imam, panggilan adalah daya tarik yang luar biasa
kuat dan menyenangkan untuk mengikuti Tuhan melalui cara hidup yang khusus
sebagai seorang imam. Dalam Gereja Katolik panggilan dibedakan menjadi dua,
yaitu panggilan umum dan panggilan khusus. Panggilan umum dan khusus ini
kemudian terbagi lagi menjadi beberapa bagian.
1. Panggilan Umum
Dalam Gereja Katolik, hidup semua
orang yang sudah dibaptis merupakan sebuah panggilan. Karena dengan pembaptisan
mereka diangkat menjadi anggota-anggota Tubuh Kristus dan secara langsung
bergabung membentuk sebuah persekutuan umat beriman dengan Kristus sebagai
kepala. Konsekuensi dari pembaptisan itu sendiri adalah mereka turut mengambil
bagian dalam tugas Kristus sebagai Imam, Nabi, dan Raja. Oleh karena itu sesuai
dengan kedudukan masing-masing mereka dipanggil untuk melaksanakan perutusan
yang dipercayakan Allah kepada Gereja untuk dilaksanakan di dunia. (bdk KHK,
kan. 204 §1).
Secara lebih
umum lagi, semua orang pada dasarnya dipanggil untuk mengikuti Yesus
(bdk Mrk 1:17), tinggal dalam kawanan-Nya (bdk Luk 13:32), dan siap
diutus-Nya (bdk Mat28:19). Namun karena manusia diciptakan dengan kehendak
bebas, maka dengan kehendak bebasnya itu pula seseorang bebas menentukan mau
mengikuti Yesus dan tinggal dalam kawanan domba-Nya ataupun tidak. Dibalik itu
semua, Allah tetap menawarkan keselamatan bagi semua manusia. Dan keselamatan
itu dapat diperoleh melalui Yesus Kristus.
2. Panggilan Khusus
Panggilan Khusus yaitu
orang yang dengan kehendak bebasnya memilih yang terbaik bagi arah hidupnya
baik memilih panggilan khusus sebagai awam maupun panggilan khusus dalam hidup
bakti. Panggilan awam dan hidup bakti pada dasarnya memiliki satu kesamaan dan
tugas pokok yaitu menghadirkan Kerajaan Allah yang nyata di dunia sebagai
ladang-Nya. (bdk Mat 13:38). Namun dalam pelaksanaan dan cara hidupnya, mereka
sangat berbeda satu sama lain. Perlu diingat juga bahwa perbedaan itu tidak
membuat yang satu lebih unggul atau lebih baik dari yang lain, artinya semua
sama. Perbedaan yang paling mendasar dan mencolok adalah tampak dalam cara
hidup yang mereka pilih. Pada umumnya umat awam menikah dan dalam hidup bakti
tidak bisa menikah.
Panggilan awam
terbagi menjadi dua yaitu, awam yang turut serta dalam karya keselamatan Allah
dan mewartakan kerajaan Allah melalui cara hidup berkeluarga. Tuhan menciptakan
hidup manusia kartena cinta, Tuhan juga memanggil manusia untuk mencinta,
dengan demikian mencintai adalah sebuah panggilan kodrati dan mendasar bagi
setiap manusia. Manusia diciptakan menuruit citra Allah, yang adalah cinta itu
sendiri. Karena Allah menciptakan manusia sebagai pria dan wanita, maka cinta
di antara mereka menjadi gambar yang tidak tergoyangkan dan absolut, yang
dengannya Allah mencintai manusia. Cinta di mata Pencipta sangat baik. Cinta
perkawinan diberkati oleh Allah dan ditentukan menjadi subur serta terlaksana
dalam karya bersama demi tanggung jawab untuk ciptaan: Allah memberkati mereka,
lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak;
penuhilah bumi dan taklukanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan
burung burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej
1:28), (bdk KGK 1604).
Sementara itu,
panggilan awam yang tidak menikah adalah orang yang dengan kehendak bebasnya
membaktikan diri kepada Tuhan secara penuh (tetapi tidak berkaul dan tidak
ditahbiskan) namun memilih untuk tidak menikah dan hidup sebagai orang awam.
Orang-orang seperti ini membaktikan hidup sepemuhnya untuk Tuhan dan Gereja.
Panggilan hidup
bakti adalah mereka yang secara khusus memilih menjalani hidup baik sebagai
klerus maupun sebagai biarawan dan biarawati. Klerus adalah imam (sekuler
maupun religius). Di dalamnya ada juga uskup dan diakon. Uskup sebagai gembala
pengganti para rasul dan diakon sebagai pembantu uskup. Sedangkan biarawan dan
biarawati adalah orang yang membaktikan hidup baik sebagai imam religius,
suster, bruder maupun frater yang mengucapkan dan menjalankan tiga kaul. Tiga
kaul tersebut yaitu, kaul kesucian, kemiskinan, dan ketaatan.
Semua imam
religius termasuk ke dalam klerus. Namun tidak semua klerus termasuk ke dalam
kelompok biarawan. Hal ini dibedakan oleh ketiga kaul. Para imam religius mengucapkan
tiga kaul secara khusus dan harus menjalankannya dalam hidup nyata. Sedangkan
imam sekuler tidak mengucapkan ketiga kaul ini namun tetap menghidupinya. Pada
imam sekuler kaul ini disebut tiga nasihat injil yaitu kesucian, kemiskinan,
dan ketaatan. Imam sekuler taat pada uskup dan imam religius taat pada
provinsial sebagai pimpinan ordo atau tarekatnya dan juga taat kepada uskup di
tempat ia berkarya.
Banyak saudara
kita yang mempertanyakan mengapa imam, biarawan dan biarawati dalam Gereja
Katolik tidak menikah. Padahal dalam kitab Kejadian jelas dikatakan bahwa
manusia dipanggil untuk hidup berkeluarga. “Bertambah banyaklah dan
beranakcuculah penuhilah bumi dan taklukanlah”. (bdk Kej 1:28). Dengan
melakukan semua itu manusia turut serta dalam karya keselamatan Allah dan
bersama Allah menjaga dan memelihara ciptaan-Nya yang lain. Namun dalam konteks
hidup bakti atau sebagai klerus, para imam, biarawan dan biarawati dituntut
untuk hidup dalam kemurnian. Oleh karena itulah mereka tidak boleh menikah. Hidup
yang menuntut kesucian ini ternyata memiliki dasar biblis yang jelas dan kuat.
“Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim
ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang
yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan
Surga. Siapa yang dapart mengerti hendaklah ia mengerti” (Mat 19:12). Dalam
kutipan Kitab Suci tersebut jelaslah bahwa ada orang yang sengaja tidak menikah
demi Kerajaan Allah. Hal ini menunjuk pada kaum hidup bakti dan klerus yang
sengaja tidak menikah demi Kerajaan Allah.
Nasihat-nasihat
Injil dalam keanekaragamannya dianjurkan kepada setiap murid Kristus. Cinta
sempurna, untuk mana semua umat beriman dipanggil, membawa untuk mereka yang
secara bebas menerima panggilan untuk kehidupan berkaul, kewajiban, supaya
hidup dalam kemurnian pantantg nikah demi kerajaan Allah, dan dalam kemiskinan
dan ketaatan. Ikrar Nasihat Injil dalam salah satu kasus kehidupan yang diakui
Gereja menandakan hidup bakti (KGK 915).
B. Pastoral di KAP
Keuskupan Agung
Pontianak adalah sebuah keuskupan Gereja Katolik Roma yang berada di Kota
Pontianak, Kalimantan Barat, tepatnya di Jalan A. R. Hakim 92 A, Pontianak.
Keuskupan ini dipimpin oleh seorang gembala pribumi, Putra asli Dayak dari
Lintang, Kapuas. Dia adalah Mgr. Agustinus Agus. Beliau menjadi uskup Keuskupan
Agung Pontianak terghitung sejak 3 Juni 2014-sekarang. Dalam kegiatan Pastoral
di KAP, Mgr. Agustinus Agus dibantu oleh para imam dalam menjalankan tugas
kegembalaan. Para imam ini terdiri dari imam diosesan dan imam religius yang
berkarya baik di bidang parokial maupun kategorial. Di bidang parokial, para
imam bertugas mengatur dan menjalankan sebuah paroki bersama Dewan Pastoral
Paroki. Sedangkan Pelayanan di bidang kategorial biasanya dijalankan oleh
imam-imam religius yang turut serta membantu uskup. Bidang kategorial ini
meliputi bidang pendidikan, kesehatan, dan karya sosial lainnya.
Adapun imam yang
berkarya di Keuskupan Agung Pontianak ini, yakni imam diosesan, Kapusin, SVD,
CDD, MSC, Pasionis, Dominikan, CM, CSE, MSA, OSC, OSM, dan MTB (khusus bruder).
1. Paroki dan Umat
Berdasarkan data
statistik 2018, Keuskupan Agung Pontianak memiliki 29 Paroki dengan jumlah umat
yang dibaptis mencapai -+ 428.452 jiwa, yang tersebar di tujuh kabupaten dan
dua kota yaitu Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah,
Kabupaten Landak, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang.
Berikut tabel rincian daftar paroki dan jumlah umat berdasarkan wilayah
kabupaten dan kota.
DAFTAR PAROKI DAN JUMLAH UMAT DI KAP |
|||
NO |
NAMA PAROKI |
KABUPATEN,KOTA |
UMAT |
1. |
Katedral St. Yosep |
Pontianak |
20.487 |
2. |
Keluarga Kudus Kota Baru |
Pontianak |
5.360 |
3. |
MRPD Pancasila |
Pontianak |
4.296 |
4. |
Gembala Baik Senghie |
Pontianak |
5.684 |
5. |
Stella Maris Siantan |
Pontianak |
4.951 |
6. |
St. Hieronimus Tanjung Hulu |
Pontianak |
2.691 |
7. |
St. Sesilia A. Yani |
Pontianak |
2.579 |
8. |
Bunda Maria Jeruju |
Pontianak |
3.242 |
9. |
St. Fidelis Ambawang |
Kubu Raya |
16.367 |
10. |
St. Theresia Kubu Raya |
Kubu Raya |
5.550 |
11. |
St. Agustinus Sungai Raya |
Kubu Raya |
5.835 |
12. |
St. Kristoforus |
Mempawah |
28.413 |
13. |
St. Petrus dan Paulus |
Landak |
55.094 |
14. |
St. Yusuf Karangan |
Landak |
- |
15. |
Mater Dolorosan Jelimpo |
Landak |
- |
16. |
St. Agustinus dan Martius |
Landak |
20.260 |
17. |
St. Yohanes Pemandi |
Landak |
60.881 |
18. |
Salib Suci Ngabang |
Landak |
50.618 |
19. |
St. Yohanes Maria Vianney |
Landak |
3.907 |
20. |
St. Fransiskus Asisi |
Landak |
12.155 |
21. |
St. Theresia dari kanak-kanak Yesus |
Landak |
6.553 |
22. |
St. Yosep Pemangkat |
Sambas |
8.791 |
23. |
Kristus Raja Sambas |
Sambas |
19.430 |
24. |
St. Pius X Bengkayang |
Bengkayang |
29.623 |
25. |
St. Petrus Sanggau Ledo |
Bengkayang |
17.653 |
26. |
St. Yosef Samalantan |
Bengkayang |
13.863 |
27. |
St. Mikael Jagoi Babang |
Bengkayang |
- |
28. |
St. Fransiskus dari Asisi |
Singkawang |
10.532 |
29. |
St. Maria Nyarumkop |
Singkawang |
15.519 |
JUMLAH |
428.452 |
Sumber: Data statistik 2018
2. Tenaga Pelayan Hidup Bakti dan
Klerus
Keuskupan Agung Pontianak
memiliki tenaga pelayanan sebanyak 106 imam, 52 bruder, dan 410 suster. Tenaga
pelayan ini sudah terhitung baik dari imam sekuler (projo), imam religius,
serta biarawan-biarawati dari berbagai ordo dan tarekat hidup bakti yang berkarya
di Keuskupan Agung Pontianak. Adapun rinciannya sebagai berikut.
TENAGA PELAYANAN IMAM DAN BRUDER DI KAP |
|||
NO |
ORDO |
IMAM |
BRUDER |
1. |
Diosesan |
18 |
- |
2. |
Kapusin (OFMCap) |
49 |
14 |
3. |
SVD |
2 |
1 |
4. |
CDD |
5 |
1 |
5. |
MSC |
5 |
2 |
6. |
Pasionis (CP) |
8 |
1 |
7. |
Dominikan (OP) |
3 |
- |
8. |
CM |
2 |
- |
9. |
CSE |
8 |
1 |
10. |
MSA |
2 |
2 |
11. |
OSC |
2 |
1 |
12. |
OSM |
2 |
- |
13. |
MTB |
- |
29 |
JUMLAH |
106 |
52 |
Sumber: Data statistik 2018
TENAGA PELAYANAN SUSTER DI KAP |
||
NO |
ORDO |
SUSTER |
1. |
OSCCap Singkawang |
18 |
2. |
OSCCap Sarikan |
10 |
3. |
Suster SFIC |
93 |
4. |
Suster KFD |
181 |
5. |
Suster OSA |
10 |
6. |
Suster CP |
14 |
7. |
Suster SMFA |
32 |
8. |
Suster PRR |
7 |
9. |
Suster Cinta Kasih (sdc) |
4 |
10. |
Suster ALMA |
7 |
11. |
Suster Putri Karmel (CSE) |
27 |
12. |
Suster OP |
3 |
13. |
Suster SFD |
4 |
JUMLAH |
410 |
Sumber: Data statistik 2018
3. Karya Pastoral
Di Keuskupan Agung Pontianak
terdapat banyak sekali karya pelayanan pastoral. Karya ini meliputi karya di
bidang pendidikan, kesehatan, rumah retret, wisata rohani dan lain sebagainya.
Karya pelayanan ini adalah salah satu bukti bahwa Gereja bekerja secara nyata
dalam usaha pemeliharaan ciptaan lain, mewartakan kabar gembira kepada semua
orang dan dengan sendirinya menghadirkan kerajaan Allah di dunia ini. (bdk Kej
1:28, Mrk 16:15). Berbagai karya yang ada ini bukan hanya ditujukan untuk umat
Katolik saja, melainkan untuk semua umat beragama lainnya, lebih jauh dari itu,
karya ini ditujukan kepada semua manusia sebagai perwujudan nyata Gereja untuk
mencintai Tuhan, karena dengan mencintai ciptaan berarti juga mencintai sang
pencipta. Berikut ini beberapa karya pelayanan yang ada di Keuskupan Agung
Pontianak.
KARYA PENDIDIKAN |
|||||||
SEKOLAH |
PT |
SMA |
SMK |
SMP |
SD |
TK |
JUMLAH |
Kota Pontianak |
8 |
4 |
1 |
6 |
10 |
9 |
|
Kab. Kubu Raya |
1 |
2 |
2 |
1 |
1 |
1 |
|
Kab. Mempawah |
- |
1 |
- |
2 |
- |
1 |
|
Kab. Landak |
- |
2 |
1 |
5 |
4 |
3 |
|
Kab. Sambas |
- |
2 |
1 |
3 |
8 |
3 |
|
Kab. Bengkayang |
- |
1 |
- |
2 |
2 |
1 |
|
Kota Singkawang |
- |
2 |
- |
4 |
6 |
5 |
|
JUMLAH |
9 |
14 |
5 |
23 |
31 |
23 |
105 |
Sumber: Data statistik 2018/2019
PELAYANAN KESEHATAN |
|
NO |
NAMA |
1. |
Rs. Santo Antonius Pontianak |
2. |
Rs. Santo Vincentius Singkawang |
3. |
Rs. Santa Elisabeth Sambas |
4. |
Rs. Khusus Kusta Alverno
Singkawang |
5. |
RB. Amkur Pemangkat |
6. |
BP. Nyarumkop |
7. |
BP. Santa Anna Menjalin |
8. |
BP. Agustinus |
Sumber: Data statistik 2018
RUMAH RETRET |
|
NO |
NAMA |
1. |
Tirta Ria (Kapusin) |
2. |
Lembah Livotorto Sarikan (KAP) |
3. |
Pelangi Gunung Banua (Kapusin) |
4. |
Constatini Ambawang (CDD) |
5. |
Pelangi Benuak Ambawang (CP) |
6. |
Shanti Buana Bandol (CSE) |
7. |
Rumah Retret Emaus Nyarumkop |
Sumber: Data statistik 2018
WISATA ROHANI |
||
NO |
NAMA |
PAROKI |
1. |
Gua Maria Riam Merasap |
Sanggau Ledo |
2. |
Gua Maria St. Bernadeta Toho |
Sungai Pinyuh |
3. |
Gua Maria Livotorto Sarikan |
Sungai Pinyuh |
4. |
Gua Maria Santok |
Sambas |
5. |
Gua Maria Anjungan |
Sungai Pinyuh |
6. |
Gua Maria Shanti Buana Bandol |
Simpang Tiga Bandol |
Sumber: Data statistik 2018
4. Tantangan Pastoral
Setiap kegiatan pastoral pasti
ada tantangan tersendiri. Tantangan ini beragam jenisnya mulai dari kondisi
wilayah, kehidupan sosial umat, dan bahkan dari jumlah dan kualitas sang
“pastor” itu sendiri. Di wilayah KAP sendiri tantangan terbesarnya datang dari
kondisi wilayah yang sangat beragam tingkat kerusakannya dan kesadaran umat
akan kebutuhan calon imam yang kurang disadari. Beberapa paroki di
KAP seperti Serimbo, Bengkayang, dan Samalantan yang sebagian besar wilayahnya
bermedan berat untuk ditempuh apalagi jika cuaca sedang tidak mendukung. Hujan
dapat membuat jalanan di beberapa stasi menjadi licin, karena pada umumnya
jalanan masih berupa tanah kuning dan aspal yang menagalami kerusakan yang
cukup berat. Hal ini diperparah lagi dengan kondisi umat yang terkadang
bersikap “santai” dan mudah goyah akibat kurang pelayanan. Biasanya iman umat
di kampung-kampung dapat dengan mudah dikalahkan oleh hujan dan sinetron yang
membuat umat malas pergi ke gereja. Tidak hanya di stasi, di paroki pun kadang
demikian juga. Apalagi di masa pandemi covid-19 ini. Umat seolah-olah
termanjakan oleh misa secara online, padahal bisa berkesempatan ikut misa
secara langsung (di beberapa paroki). Hal ini dilakukan hanya untuk menutupi
kemalsan seseorang. Bahkan mungkin ada yang beranggapan “ Misa online ‘kan bisa
sambil bersantai!”.
Saat ini, tak jarang misa bagi
kebanyakan orang dipandang sebagai formalitas biasa untuk mengisi kewajiban
hari Minggu tanpa kesadaran akan pentingnya Sakramen Mahakudus. Dalam hal ini
siapa yang salah dan siapa yang patut bertanggung jawab tidaklah menjadi hal
yang terlalu darurat untuk dibahas. Yang patut dipikirkan bersama adalah
bagaimana solusinya?Apa yang harus saya perbuat untuk Gereja?
C. Beranikah?
Umat di Keuskupan Agung Pontianak
yang begitu banyak mencapai 428.452 jiwa dengan dilayani oleh 18 imam diosesan
sebagai garda terdepan keuskupan masih sangat tidak mencukupi untuk melayani
ratusan ribu umat. Setiap hari umat bertambah banyak, namun tidak dengan jumlah
imamnya. Dimana peran kaum muda? Tidak beranikah mereka menanggapi panggilan
Tuhan melalui cara hidup yang khusus? Apa yang harus anda perbuat sebagai kaum
muda?
Tunggu apa lagi. Mari kita
bersama menanggapi panggilan-Nya melalui cara hidup yang khusus, semakin cepat
anda mengambil keputusan, semakin bertambah pula pijar-pijar cahaya pelayanan
yang banyak di Keuskupan ini. Dengan demikian harapannya adalah banyak umat
dapat terlayani dengan baik hingga stasi-stasi terdalam. Semoga Tuhan
memberkati niat baik Saudara. Amin
Mantap dan hebat, jaya selalu seminari ku
BalasHapusMantap Jiwa .. semoga para kaum muda yg membaca ini, dapat termotivasi, dan mengambil keputusan tepat dan mnjadi pijar2 cahaya terang yg indah. Terus berkarya untuk penulis ...
BalasHapus