IBADAT JALAN SALIB (JUMAT PAGI)
NYARUMKOP – Pagi yang cerah di Kompleks Persekolahan Katolik Nyarumkop (PKN) disertai sinar surya yang begitu hangat dan terang yang memicu kegerahan, mengiringi rangkaian Ibadat Jalan Salib dalam rangka perayaan pekan suci Jumat Agung. Hal itu tidak menghalangi warga PKN untuk mengikuti ibadat yang dilaksanakan pada Jumat, (15/4/2022).
Tercantum dalam jadwal perayaan pekan suci di kompleks PKN yang ditandatangani dan dirancang sedemikian rupa oleh Pastor pimpinan Umum RP. John Wahyudi OFM.Cap. Ibadat devosi jalan salib dipimpin oleh petugas liturgi dari mahasiswa Tahun Orientasi Panggilan (TOPANG). Ibadat jalan salib dihadiri oleh umat sekitar kompleks persekolahan. Umat yang menghadiri sekitar 80-an orang termasuk para imam serta petugas didalamnya.
Ibadat Jalan Salib tidak dilakukan di dalam gereja melainkan di luar. Perhentian pertama dimulai dari depan kantor Asrama Timonong dan perhentian terakhir berada di halaman depan Susteran SFIC (Asrama Syhmporiana). Potret gambar jalan salib Yesus telah dipasang dengan digantung pada pohon-pohon di pinggir jalan menuju susteran.
Rute dari asrama Timonong menuju susteran SFIC bagai mendaki gunung. Di setiap perhentiannya umat diharapkan berdiri dan berlutut sesuai dengan rubrik yang ada pada tata pelaksanaan ibadat. Injil menjadi renungan yang sudah lazim dibacakan pada setiap perhentiannya. Cuaca yang semakin panas membuat atmosfir ibadat terasa realistis layaknya pendakian ke bukit Golgota. Walaupun demikian hal itu tidak memudarkan semangat warga PKN dalam menghayati sengasara dan wafat Kristus.
Keheningan menyelimuti PKN hingga tidak terdengar suara kicauan burung. Seakan-akan alam pun merasakan penderitaan Yesus. Bahkan keringat dan air mata yang bercucuran sudah tidak dapat dibedakan, terlihat dari beberapa umat PKN yang begitu khusyuk mengenang sengsara dan wafat Yesus Kristus.
Menuju tempat perhentian terakhir tidaklah serata rute di dalam gereja pada umumnya. Jalan yang begitu menanjak selayaknya mewarnai ibadat devosi jalan salib itu sendiri. Terlihat dari umat yang begitu mengenang penderitaan Yesus dibandingkan dengan rute jalan salib mereka yang belum apa-apa dibandingkan rute Yesus menuju bukit Golgota.
Makna devosi jalan salib ini khususnya pada Jumat Agung adalah kita diajak untuk membayangkan semua peristiwa, segala penderitaan yang menimpa diri Yesus, yang dipukul, diolok-olok, didera, dimahkotai duri dan dipaku pada salib. Kita membayangkan bagaimana Ia seorang diri memanggul salib-Nya. Di dalam diri Yesus sungguh terpenuhilah nubuat Nabi Yesaya, “Banyak orang tercengang melihat Dia. Dia dihina dan diaibkan orang. Manusia penuh sengsara, yang tahu apa artinya menderita.”Yesus seperti dipukul dan disiksa oleh Tuhan. Tetapi sebenarnya Yesus tak terkutuk oleh Allah. Semuanya ini diderita oleh Yesus dengan sukarela, terdorong cinta kasih kepada kita manusia. Ia menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Ia menanggung dosa semua orang dan menjadi pengantara bagi orang-orang yang jahat. Derita kitalah yang ditanggung-Nya, sengsara kitalah yang dipikul-Nya. Maka sepantasnyalah pada devosi jalan salib ini mengenangkan sengsara yang diderita oleh Yesus. Karena siksaan yang menimpa Dia membawa perdamaian bagi kita dan kita sembuh berkat luka-lukaNya.
Penulis : Alpianus Piang, Diknasus Pernando Yogi, Rangga Grahita Pratyasmoro
Editor : Rangga Grahita Pratyasmoro
Fotorgrafer : Rangga Grahita Pratyasmoro
Komentar
Posting Komentar